Referensi pihak ketiga
Ada seseorang bercerita:
Suatu hari, aku berlayar bersama rombongan para pedagang. Tiba-tiba kapal yang kami tumpangi dihantam angin dan ombak besar, sehingga goncanglah kapal tersebut, dan karni semua merasa sangat ketakutan.
Sementara di sudut kapal, ada seorang lelaki yang mengenakan pakaian dari kulit. Ombak pun tak henti-hentinya menghantam kapal, sampai-sampai air laut maşuk ke dalam kapal, sehingga beban kapal bertambah berat.
Kami sudah putus asa mengenai keselamatan jiwa dan harta kami. Tiba-tiba lelaki berpakaian dari kulit itü keluar dari kapal, lalü berdiri mengerjakan shalat di atas air laut. Kami pun berseru kepadanya, "Wahai, kekasih Allah! Tolonglah kami!”
Tetapi ia tidak menoleh kepada kami. Kami pun berteriak lagi, "Demi Zat Yang memberimu kekuatan untuk beribadah kepada-Nya, tolonglah kami!”
Maka ia menoleh dan berkata, "Apa yang terjadi pada kalian?”
Ternyata ia tidak melihat musibah yang sedang menimpa kami. Kami balas bertanya, "Apakah engkau tidak melihat badai yang menghantam kapal ini?”
Dia berkata, "Mendekatlah kalian semua kepada Allah!” "Dengan cara apa kami mendekat?” tanya kami.
"Dengan meninggalkan harta benda,” jawabnya.
"Sudah kami lakukan,"jawab kami.
Dia berkata, "Keluarlah kalian semua dari kapal dengan enyebut nama Allah!”
Maka kami pun keluar satu persatu dari kapalı dan kami berjalan di atas air di sisi lelaki itu. Untuk beberapa waktu, kami tetap ada di atas air. Jumlah kami saat itü kira-kira dua ratus orang atacı lebih. Kemudian kapal tadi tenggelam beserta seluruh barang dan harta benda yang ada di dalamnya.
Lelaki itü berkata, "Sekarang kamu telah terbebas dari kesulitan duniawi, maka bubarlah kalian!” Kami bertanya, "Demi Allah, siapakah engkau?”
"Aku adalah Uwais al-Qarni,” jawabnya.
Kami berkata, "Sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam tadi terdapat bahan makan untuk orang fakir di kota Madinah yang dikirim dari Mesir.”
Lalü Uwais berkata, "Jika Allah berkenan mengembalikan harta kalian, maukah kalian membagikannya kepada orangorang fakir di kota Madinah?” "Ya,” jawab kami.
Maka Uwais melakukan shalat lagi dua rakaat di atas air, lalü berdoa dengan şuara yang tak terdengar. Selesai berdoa, tiba-tiba muncullah kapal tadi ke permukaan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Kami pun segera naik ke kapal. Sementara itu, kami tidak melihat Uwais lagi.
Kemudian kami melanjutkan pelayaran ke kota Madinah dan berlabuh di sana, serta membagi-bagikan harta kami pada orang-orang fakir kota tersebut, sehingga tidak ada lagi di Madinah seorang fakir pun selama-lamanya.[]
 Sumber: Dikutip dari buku yang berjudul Jangan Bersedih! Inilah 195 Cerita Hikmah Penyejuk Hati, Karya Mohammad A. Syuropati